Rabu, 01 Februari 2012

Contoh Cerpen Remaja

Senyuman Terindah dan Terakhir
     
    Raja Perdana, itulah nama sahabat yang selalu hadir dalam kehidupanku. Aku sangat mengenal Raja, dialah sosok jiwa yang kukagumi. Ia selalu tegar menghadapi cobaan yang menerpanya. Senyumannya yang indah selalu bisa meluluhkan hatiku saat aku sedang menasehatinya. Nilai rapornya tidak pernah merah. Namun, waktu untukku dapat menemuinya dalam keadaan sadar semakin berkurang. Penyakit berbahaya yang telah bertahun-tahun menyerangnya, membuat Raja lebih sering berada di ruang yang penuh rumah sakit dan Raja tidak lagi melakukan aktivitas yang biasa dilakukan anak seusiaku. Penyakit yang dialami Raja juga pernah dirasakan ibunya, yang telah lama berpulang ke sisi Allah.
     Setelah beranjak pergi dari bangunan tempat proses pembelajaran, biasanya aku pulang bersama sahabatku, Raja, sekarang aku hanya sendiri menyusuri jalanan sepi.
     Aku pulang ke rumah, mengganti baju, dan segera menuju ke supermarket, untuk membeli buah-buahan.
“Ga…” terdengar sebuah suara menyapaku dari belakang. Saat aku berbalik, terlihat sesosok pria tinggi, berumur sekitar lima puluhan.
“Ehh… Om Anton, beli buah juga ya? Gimana keadaan Raja, apa dia udah sadar?” tanyaku waswas.
“Iya, Oom beli buah juga untuk Raja. Alhamdullillah sekarang Raja udah sadar. Toga  mau menjenguk Raja, ya?” jawab Om Anton sambil bertanya balik.
“Iya, Om.”
“Kalau gitu, bareng om aja. Oom juga mau ke rumah sakit,” tawar Om Anton.
“Iya Om, Toga ikut sama Om Anton.” jawabku.
     Sebelum menuju ke rumah sakit, aku dan Om Anton menuju ke sebuah toko bunga hidup. Aku memilih tiga batang bunga anggrek putih, dan Om Anton memilih serangkaian bunga anggrek merah muda. Setelah membayar bunga yang dipilih, kami langsung menuju ke rumah sakit.
“Weyyy  Raja…” kataku sembari mendekapnya penuh kerinduan. Kesepianku terobati, bibirku yang tadinya datar karena nilai ulanganku yang di bawah standar, menjadi sebuah lengkungan atau tepatnya menjadi sebuah senyuman.
“Ja… kamu cepat sembuh ya. Aku rindu saat-saat bersama kamu beberapa tahun lalu. Sepi. Itulah yang aku rasakan selama ini, Raja…” kataku usai mendekapnya, dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kamu gak usah khawatir aku pasti sembuh, ya, kan, Pa?” jawabnya sambil tersenyum ramah, lalu menoleh kearah ayahnya.
Om Anton hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan anak semata wayangnya itu. Om Anton selalu terlihat sedih jika ia menatap Raja. Walaupun Raja berkata seperti itu, aku tetap khawatir kepadanya. Ia selalu menutupi hal yang sebenarnya selalu  menyiksanya.
    Hari berganti hari. Keadaan Raja seakan tak dapat diselamatkan. Darah yang keluar dari hidungnya semakin sering dan semakin banyak keluar dengan sia-sia. Hatiku makin perih, apalagi Om Anton, ia takut kehilangan Raja yang akan genap berusia empat belas tahun.
***
Seperti biasanya, hari ini pun aku akan pergi ke rumah sakit. Huh… siang ini sang mentari bersinar dengan sesukanya, sepertinya ia tega membakar kulit makhluk hidup yang hanya berpayungkan langit.
    Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Raja seperti makhluk yang tak berdaya, hidung, mulut, dan telinganya mengeluarkan darah yang tak hentinya mengalir. Dokter,dan perawat berusaha menghentikan darah yang mengalir. Hatiku getir. Tak kuasaku menahan tangisan ini, begitu juga dengan Om Anton yang tak hentinya memanjatkan doa ke hadirat Tuhan. Bibir Raja sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi sulit baginya untuk menggerakkannya, hanya menangis yang dapat Raja lakukan. Setelah itu kulihat senyuman terindah dari bibirnya.
     Tak lama hal itu berlangsung, nafas, serta detak jantung Raja berhenti. Tuhan sudah berkehendak. Hal yang paling ditakuti Om Anton akhirnya terjadi. Langit yang berwarna cerah berubah kelabu, tetesan kristal berjatuhan dari langit.
“Rajaaaaa…” teriakku berbarengan dengan Om Anton. Raja telah menyusul ibunya. “Raja… selamat tinggal, suatu saat aku akan ke sana dan menemui-mu”.
 ***
     Beberapa tahun sudah berlalu. Aku pergi ke toko bunga hidup, kali ini aku membeli serangkaian bunga anggrek. Lalu pergi ke TPU untuk berziarah ke makam sahabatku, Raja. Tidak sulit bagiku untuk mencari makam Raja, hanya beberapa meter dari gerbang TPU. Dari gerbang kulihat seseorang berada berada di makam Raja. Kuperhatikan orang itu. Beberapa saat kemudian, ia berdiri dan beranjak dari makam Raja.
     Akupun melanjutkan perjalananku menuju makam Raja. Saat berpapasan ternyata orang itu adalah Om Anton. Ia menyapaku dan tersenyum, lalu ia bilang padaku bahwa Raja ada di sini. Aku terkejut, mungkin Om Anton hanya  bercanda. Aku hanya tersenyum, dan berjalan menuju makam Raja.
     Kuletakkan serangkaian bunga anggrek yang kubeli tadi di atas makam Raja. Aku mengucapkan selamat ulang tahun dan selamat hari kasih sayang pada Raja. Dan aku pandangi batu nisan tempat nama sahabatku diabadikan.
     Tiba-tiba terlihat sesosok bayangan di depanku atau lebih tepatnya seseorang. Wajahnya mirip dengan sahabatku, ia tersenyum padaku. Senyuman itu mengingatkanku pada senyuman terakhir Raja. Kubalas senyum itu, seketika ia menghilang.
Mungkinkah itu Raja. . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar