Aku
Tunggu Kamu Disini
Karya : Arlyta Caesar
Chairunnisa
Sewaktu kelas satu SMA
Lyta jatuh cinta diam-diam sama Kevin, kakak kelasnya yang duduk dibangku kelas
tiga. Kevin sosok yang tampan, berwibawa dan sangat populer di SMA Harapan.
Sebagai, Kapten tim basket sudah pasti ia banyak penggemarnya. Disamping
populer Kevin juga termasuk dalam jajaran siswa terbaik karena ia selalu
mendapat peringkat pertama dalam bidang akademik maupun non akademik.
“Pagi
Lyta,” sapa Rezty teman sebangkunya.
Dengan
muka setengah mengantuk Lyta menjawab sapaan sahabatnya itu,”Pagi juga,Rez.
Tumben banget datang pagi, biasanya telat mulu.”
“Enak
aja, Lo,” tukas Rezty.
“Rez,
sini deh Gue mau cerita,” kata Lyta tiba-tiba.
“Cerita
apa? Tunggu Gue tebak pasti mau cerita si Mochi (sebutan untuk Kevin oleh
Lyta),ya kan,” jelas Rezty. “Haha.. Tau aja Lo. Yaialah siapa lagi kalo bukan
dia,” kata Lyta.
“Kemarin
Gue bela-belain pulang sore hanya untuk ngeliat dia latihan basket. Aduh
kayaknya makin hari dia makin keren aja. Mmmmh…
Kapan ya, Gue bisa jadi pacarnya,” curhat Lyta.
“Setiap
hari kayaknya cuma dia ya, yang ada di otak Lo. Heran Gue, tapi nilai tetep
bagus ya, biasanya kan kalo ada orang lain kayak Lo pasti nilai-nilainya udah
turun cuma buat mikirin hal nggak penting kayak gitu,” jelas Rezty pada
sahabatnya.
“Ia
dong, pelajaran sama urusan asmara harus dibedain, hahaha….” kata Lyta.
Teeeet.... teeeet….! Bel berbunyi tanda jam pelajaran
pertama akan dimulai.
Suasana kantin dalam keadaan ramai.
Jam kantin sudah menunjukkan pukul 09:45 dan saatnya para siswa-siswi
beristirahat. Ada yang makan, minum, ngobrol, pacaran, dan bahkan ada yang
hanya nongkrong sambil melepas penat sehabis belajar. Lyta duduk dekat warung
mie ayam bersama Rezty. Menurut Lyta duduk disini adalah tempat paling pas
untuk mengamati sang kapten basket yang sedang istirahat bersama
teman-temannya.
“Hei
makan nggak ngajak-ngajak,”kata Raka.
Dan
Kevin yang sedang asik makan semangkuk baso langsung sontak tersedak,”Uhuk..
uhuk.. Eh, Lo Ka ngagetin Gue aja,” kata Kevin sambil mengelap mulutnya dengan
tisu.
“Hahaha
maaf, Vin. Lo sih ke kantin nggak ngajak-ngajak Gue,”kata Raka.
“Penting
ngajak Lo, hahaha…” kata Kevin bercanda.
“Pentinglah.
Vin, nanti sore latihan basket nggak?” Tanya Raka.
“Gue
nggak latihan mau nemenin mama Gue,” kata kevin.
“Nemenin
ke Mall ya,haha,” kata Raka.
“Sok
tahu, Lo. Latihan diganti sabtu sore,bilangin ke yang lain ya,” tukas Kevin.
“Sip
Kapten.”
“Hahaha,” tiba-tiba
Lyta tertawa dengan bahagianya.
“Kenapa
Lo?” tanya Rezty.
“Itu
Kevin lagi makan tiba-tiba kesedak makanan gara-gara dikagetin temannya.”
“Ya
ampun, kirain apaan.”
Rezty
lalu, melanjutkan makan bersama sahabat sekaligus teman sebangkunya ini. Mereka
selesai makan tepat ketika bel masuk berbunyi dan menandakan pelajaran
selanjutnya akan dimulai. Lyta meninggalkan kantin dengan wajah bahagia. Selama
pelajaran, Lyta tak henti-hentinya tersenyum sendiri hingga membuat teman
sebangkunya merasa aneh dengan tingkah laku Lyta.
“Lyt..
Lyt.. Lytaaaa..” panggil Rezty.
“Eh,
ia kenapa Rez?” sahut Lyta.
“Lo
udah mulai nggak waras ya, gara-gara Kevin. Daritadi senyum-senyum sendirian.
Awas nanti kesambet penghuni kelas ini Lo,” kata Rezty.
“Biarin
deh,yang penting kesambet cinta.”
Teeeet.... teeeet…. teeeet….
! Bel berbunyi menandakan waktu pulang sekolah.
15:20 adalah jam pulang sekolah SMA Harapan. Yang punya pacar langsung pulang
dianter pacar. Yang nggak bawa motor nebeng sama teman sampe rumah. Ada juga
yang menunggu di halte untuk naik bus. SMA Harapan adalah salah satu sekolah
unggulan di Jakarta. Sekolahnya sangat luas dan besar. Siswa-siswinya
berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Dan kebanyakan dari
kalangan orang berada. Disekolah ini terdapat lapangan futsal, basket, dan voli
yang cukup luas. Lapangan parkir disekolah ini dapat menampung mobil, motor,
dan sepeda.
Lyta
pulang sekolah bersama Rezty. Lyta mengendarai sendiri mobil jazz putihnya.
Lyta adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya laki-laki bernama Arga.
Arga sedang mengambil jurusan arsitektur di salah satu kampus ternama di
Australia. Lyta merasa kesepian tanpa kakaknya dirumah, tapi ia beruntung
mempunyai sahabat seperti Rezty.
Mobil
memasuki kompleks elite disalah satu daerah di Jakarta selatan. “Alhamdullilah
sampe juga kita,” kata Lyta.
“Oke
makasih ya my best udah nganterin aku
pulang.”
“Sama-sama.
Yaudah turun.”
“Oh,
iya. Hehe..”
Pintu
mobil terbuka dan Rezty keluar dari dalam mobil sahabatnya. Ia keluar dari
dalam mobil dan langsung menutup pintu mobil. “ Hati-hati ya,say. Jangan ngebut
bawa mobilnya,” kata Rezty pada sahabatnya. “Iya, Gue balik ya. Daaaaah.”
Mobil
pun melaju dengan kecepatan sedang. Lyta sedang mengendarai mobil menuju arah
pulang. Dan tiba-tiba, ia melihat mobil Kevin menuju arah rumahnya. Ia sontak
kaget dan terkejut melihat apa yang dilihatnya. Dan didalam mobil ia berkata
pada dirinya sendiri, “Oh My God, itu
kan mobil Kevin mau apa dia kearah rumah Gue.”
“Mah.. Mamah.
Ayo, cepat nanti keburu sore,” kata Kevin pada mamanya.
“Iya,Sayang.”
“Kita
mau kemana sih mah?”
“Kerumahnya
tante Evi, itu mamanya Lyta teman kecil kamu. Mereka itu tetangga kita dulu.
Masih ingat nggak?”
“Lyta,
Siapa lagi? Udah lupa, ma.”
“Waktu
itu keluarganya Lyta pindah ke Australia karena papanya Lyta ada dinas disana.
Dan sekarang mereka udah balik lagi ke Indonesia. Kemarin mama ketemu tante Evi
di salon,lalu dia ngajak mama suruh main kerumahnya.”
“Oh
gitu.”
“Wajar
aja kalo kamu udah lupa,secara sembilan tahun nggak ketemu.”
“Yaudah
ayo berangkat, Mah.”
“Ia
sayang. Rumahnya di komplek Rancamaya blok K dan rumahnya nomor 27A, Jakarta
Selatan. Jangan nyasar ya, Vin.”
“Oke
sip.”
Setelah memarkir
mobil dibagasi Lyta langsung masuk rumah. “Assalamualikum.”
“Waalaikumsalam,
sayang,” sahut Mama Lyta.
“Mmmmh..
Mama masak apa baunya enak banget.”
“Mama
masak lasagna, sayang.”
“Tumben
biasanya Mama bikin lasagna cuma kalo ada tamu aja. Emang hari ini siapa yang
mau datang Ma?”.
“Tetangga
lama.”
“Tetangga
lama, siapa?”
“Udah
nanti kamu lihat sendiri aja.”
“Oke,
aku ganti baju dulu deh.”
“Assalamualikum.”
“Waalaikumsalam.
Eh, tamu jauh udah datang. Sama siapa Nin?”
“Itu
sama Kevin.”
Kevin
langsung memberi salam dan mencium tangan tante Evi. “Apa kabar,tan? Udah lama
nggak ketemu.”
“Ini,
Kevin. Ya ampun udah gede makin ganteng aja. Dulu masih kecil suka main sepeda
sama Arga. Ayo, masuk-masuk jangan malu-malu.”
“Ia,tante.”
Tante
Nindia dan Kevin langsung dipersilahkan duduk oleh Mama Lyta. Sambil duduk dan
sedikit berbincang-bincang, tiba-tiba Mama Kevin melihat foto keluarga yang
digantung di dinding. “Itu Arga sama Lyta kan.” “Ia itu fotonya Arga sama
Lyta,”jawabnya . “Masih kecil saja cantik, pasti besarnya juga cantik,”tambah
Mama Kevin.
“Haha
bisa aja kamu, Nin,” jawab Mama Lyta.
“Mau
minum apa? Kevin diam saja daritadi, capek ya??”
“Ah,
nggak tante. Aku minum apa saja tan.”
“Oke,
tunggu sebentar ya.”
Lyta
yang sedang asik mendengarkan musik dari i-Phone
kesayangannya, tiba-tiba terkejut karena Mamanya masuk kamar tanpa mengetuk
pintu.
“Lyta,
ayo turun daripada dikamar aja. Ada tamu dibawah turun dong bantuin Mama,”kata
Mama Lyta.
“Tamu
siapa sih,aku ngantuk mah,” jawab Lyta malas.
“Ayo
cepet dong sayang masa anak perempuan males gitu,”kata Mama merayu Lyta untuk
turun.
Akhirnya Lyta terpaksa mengikuti kemauan
Mamanya untuk turun dari kamarnya. Ia langsung menuju dapur dan meminum jus
apel kesukaannya.
“Lyt,
ini bantuin Mama bawa teh sama klapetart ke ruang tamu.”
“Malu
mah,” sahut Lyta manja.
“Malu
sama siapa lagi. Udah ayo mama temenin.”
Di ruang tamu Kevin sedang asik sms-an
dengan temennya ketika Mama Lyta datang. “Maaf ya, udah nunggu lama. Abis
manggil Lyta, aduh males kalo disuruh Mamanya,” kata Mama Lyta sedikit kesal.
“Ahh, sama aja Kevin juga suka males kalo disuruh,” sambung Mama Kevin sambil
sedikit tersenyum.
Dari
dapur ia membawa nampan berisi dua cangkir teh manis dan dua piring kecil
berisi klapetart buatan Mama Lyta. Ketika ia menuju masuk keruang tamu, ia
langsung terpaku ketika melihat Kevin sang Kapten Basket di sekolahnya sekarang
ada diruang tamu rumahnya. Dalam hati ia berkata,”Oh My God, itu Kevin.” Dia berdiri terpaku seperti patung dalam
beberapa detik dan tersadar ketika suara yang tak asing lagi terdengar,ya
Mamanya membangunkan dirinya dari lamunan. “Lyt… Lyt... Lyta… Kamu kenapa
ngelamun disini?,”kata Mamanya mengagetkan. “Iiiaaaa Mah, aku nggak
ngelamun,”sahut Lyta ragu.
Lyta
lalu langsung ke ruang tamu dan menyuguhkan makanan dan minuman kepada tamunya.
Mama Kevin langsung berkata,”Ini pasti Lyta kan? Apa kabar?”.
“Ia
tante aku Lyta. Aku baik, Tante. Silakan di minum tehnya,”kata Lyta gugup.
“Lyt,
itu Kevin teman kecil kamu salaman dong,” kata Mama Lyta.
“Ia
kenalan dong Lyt. Sembilan tahun nggak ketemu pasti udah lupa,” Mama Kevin
menambahkan.
Kevin
tanpa disuruh langsung berdiri dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman
dengan Lyta. Ia tersenyum ketika pertama kali melihat Lyta muncul tadi dengan
membawa nampan berisi dua cangkir teh manis dan dua piring kecil berisi
klapetart, lalu menyuguhkannya. Dalam situasi seperti ini jantung Lyta serasa
mau copot karena kalo ia boleh berteriak, ia akan berteriak dan berkata,”Tuhan
dia orang yang aku suka sejak pertama masuk SMA ada dihadapanku.”
“Lyta.”
“Kevin.”
Mereka
berdua saling bersalaman dan tersenyum satu sama lain. Lyta langsung melepaskan
tangannya dari genggaman Kevin. Dan suasana jadi mencair ketika Mama Lyta mulai
bercerita tentang banyak hal. Hari sudah semakin sore, Kevin dan Mamanya pamit
pulang.
“Oke,
aku balik dulu ya, Vi. Lyta kapan-kapan main kerumah.”
“Ia,
tante hati-hati ya dijalan.”
Senyuman itu
terasa begitu nyata. Selembar kertas berukuran sedang dengan gambar seorang
gadis kecil berumur 6 tahun yang sedang tersenyum sambil bergandengan tangan
dengan anak laki berkemeja putih yang berumur 8 tahun. Kevin tersenyum melihat
foto yang sedang dilihatnya.
“Kamu masih sama seperti dulu cantik. Sembilan
tahun lalu waktu yang cukup lama untuk melupakan semuanya. Seandainya kamu
nggak pernah pindah mungkin sekarang kita sudah bersama dan menjadi sepasang
kekasih.”
Kevin
ternyata telah menyukai Lyta sejak mereka masih kecil. Kevin selalu ingin
berada dan berdiri disampingnya untuk melindungi gadis kecilnya itu.
2 Bulan kemudian
Semenjak
hari itu kevin jadi dekat dengan Lyta. Kedekatan itu membuat Lyta senang dan
otomatis Rezty harus lebih sabar lagi dalam mendengarkan curahan hati
sahabatnya. Lyta menganggap kedekatan itu sebuah awal yang baik bagi
hubungannya dengan Kevin apalagi semenjak Lyta sadar bahwa Kevin adalah teman
kecilnya. Hal itulah yang membuat hubungan mereka semakin erat. Akhirnya satu
bulan setelah kedekatan mereka, Kevin memberanikan diri menyatakan perasaannya
kepada gadis kecilnya itu. Karena hubungan yang mereka jalin menjadi berita
yang menghebohkan dan membuat para penggemar Sang Kapten patah hati. Yang
membuat berita ini menghebohkan adalah satu sekolah tahu bahwa Kevin si tampan
memilih pasangan tidak sembarangan dan ia cenderung setia.
Kedua
orang tua mereka menyetujui hubungan mereka. Setiap hari mereka pergi dan pulang
sekolah bersama. Tapi, sekarang ada masalah lain yang mengganjal hati Kevin.
Masalahnya adalah ia harus memilih mengambil beasiswa ke luar negeri selam 4
tahun atau tetap disini bersama Lyta. Hal itu membuat Kevin bingung untuk
memilih.
Sabtu malam, di bukit bintang yaitu
sebuah taman indah yang apabila dilihat pada malam hari sangat indah dan bisa
melihat bintang. Kevin mengajak kekasihnya pergi kesana. Ia memulai percakapan.
“Lyt.. aku mau
ngomong sesuatu!”
“Ia, ngomong
aja.”
“Dengerin ya,
sampe aku selesai bicara.”
“Yaa, sayang.”
“Aku dapat
beasiswa ke Amerika jurusan kedokteran selama 4 tahun. Aku bingung harus
gimana, aku ambil beasiswa itu atau aku cari kuliah di Jakarta aja.”
“Kenapa harus
bingung. Seharusnya, kamu bersyukur karena bisa dapat beasiswa itu banyak orang
pengen dapetin itu tapi nggak bisa.”
“Ia aku
bersyukur banget malah. Tapi gimana sama hubungan kita?”
“Yang terbaik
buat kamu pasti terbaik buat aku. Aku akan selalu dukung kamu. Kamu Sembilan
tahun setia menunggu aku dan sekarang empat tahun itu nggak masalah, asalkan
kita saling setia.”
Sambil
menggenggam tangan Lyta, Kevin kemudian berkata,”You are my everything, still
here and waiting for me.”
“Aku tunggu
kamu disini.”
TAMAT